SEPEDA motor warna merah masuk ke pekarangan sempit sebuah bangunan terbuka, tanpa dinding beratap joglo terbuat dari rangka baja ringan. Si penunggang motor ibu-ibu berjaket coklat gelap berjilbab ungu. Sriatun, ibu-ibu tersebut menurunkan maskernya. Ia duduk bersandar di tiang sudut timur selatan bangunan setelah menerobos rintik hujan.
"Saya ibunya Aprilia," katamya dengan jari menunjukan bocah perempuan yang duduk di deretan belakangnya 2 anak laki-laki.
Hari itu Jumat kedua November 2024, gerimis sebentar saja mengguyur area Jepon Brumbung dan sekitarnya. Tampak hanya ada 3 anak yang ikut les yang dimulai sehabis Jumatan itu. Mungkin sedang perubahan cuaca yang bikin anak rentan sakit, yang membuat sebagian anak tidak hadir ikut les pada hari itu. Aprilia bukan salah satu yang pada hari Jumat itu absen ikut les pelajaran yang diampu Miss Monika.
"Saya ikutkan les di Rumah Belajar ini supaya ada gurunya," ujar Sriatun.
Aprilia memang butuh guru belajar di luar jam pelajaran sekolah. Ia kurang percaya dengan kemampuan ibunya yang menemani belajar di rumah, mengerjakan pe-er-nya.
"Jadinya malah eyel-eyelan saat belajar saya dampingi. Untungnya ada les gratis, saya ikutkan," kata warga Desa Brumbung tersebut yang belum lama ini mengikutkan anaknya les gratis.
***
KOMPLEKS perumahan itu terdiri 2 RT yang berkoloni membentuk RW sendiri, RW 9 Kelurahan Jepon. Masih masuk dalam bumi pedukuhan Kidangan yang secara administrasi pemerintahan tercatat bernomor RW 6 Kelurahan Jepon, anak-anak yang lahir dan besar di kompleks tersebut rata-rata datang dari golongan ekonomi menengah, atau mampu. Nyaris tak ada satu pun anak-anak ini yang jadi peserta les sekolah dasar gratis. Memberikan les untuk rentang anak TK hingga kelas 6 SD, rumah belajar ini didirikan di jalan di depan Lorong RT 01/RW 06 Kidangan Jepon menuju kompleks perumahan.
Menempati lahan tak lebih 8x10 meter dengan bangunan seluas tak lebih 5x5 meter, rumah belajar didesain terbuka. Ada 6 bangku meja dengan duduk melantai, memghadap papan tulis di tepi barat bangunan mepet bangunan rumah tetangga.
"Didirikan warga sini, kerja sama dengan kami sebagai guru volunternya," kata Monika yang tiap Jumat mendapat giliran mengajar kelas 3 dan 4 SD.
Monika sudah belasan tahun menjadi guru. Sebelum lolos P3K 2 tahun lalu, ia telah mengabdi belasan tahun jadi guru di SD Kartini Blora. Kini perempuan dari Banjarejo tersebut mendapat tugas mengajar di SDN Tempurejo, Kecamatan Bogorejo. Sepulangnya sekolah hari Jumat ia akan mampir ke rumah belajar di Perumkid Jepon terlebih dulu selama 2 jam, dari jam 1 siang sesuai jadwal hingga jam 3 sore.
"Seringnya kita mulai lebih awal dari jadwalnya," katanya.
Ia tak sendirian. Ada lagi 2 koleganya sesama guru yang memberikan waktunya secara sukarela mengajar memberikan les untuk anak-anak.
"Ada Miss Tirza dan Miss Puji," kata Monika yang menggunakan sebutan miss untuk nama-nama guru les di rumah belajar ini.
Tirza adalah guru di SDN Tempelan Blora. Ia mendapat jadwal hari Rabu yang memberikan les untuk anak TK dan Kamis untuk jadwal kelas satu dan dua. Sedangkan Puji adalah guru di SDN 1 Nglengkir, Bogorejo. Ia mendapat jadwal mengajar les pada hari Sabtu untuk kelas 5 dan 6.
"Kami fokus pada matematika atau pembelajaran numerasi. Sementara pelajaran lainnya hanya selingan," kata Monika.
Cukup banyak warga yang memanfaatkan les gratis ini untuk anak-anaknya, salah satunya Sriatun.
"Cukup banyak anak-anak yang ikut les. Tapi saya tidak hafal detail jumlah anaknya. Karena yang hafal masing-masing guru pengajarnya. Kalau kelas 3 dan kelas 4 antara 6 sampai 7 anak tiap kelasnya," imbuh Monika seraya menambahkan visi misi rumah belajar tersebut menjadikan yang belum bisa menjadi bisa.