Sistem zonasi pengaruhi jumlah perolehan murid baru

Foto: Gatot Aribowo

Novi Sanjaya, guru SDN 1 Pelem, Blora.

Rabu, 02 Oktober 2024 17:04 WIB

BLORA (wartablora.com)—Sistem zonasi dalam penerimaan murid baru yang diberlakukan sejak 8 tahun silam terbukti memengaruhi jumlah penerimaan peserta didik baru (PPDB) di beberapa sekolah tertentu. Di beberapa lokasi sekolah, seperti SDN 1 Pelem, Kecamatan Blora, jumlah murid berkurang drastis saat menerima murid kelas 1. Tahun ajaran baru 2024/2025, sekolah yang terletak di jalan raya Bangke-Pelem hanya mendapat murid sejumlah 6 anak. Enam tahun lalu, atau 2 tahun sejak diberlakukan sistem zonasi secara bertahap, sekolah tersebut hanya mendapat 2 anak.

"Padahal sebelumnya jumlah muridnya yang kami terima cukup banyak lah. Bisa belasan," kata Novi Sanjaya, guru SDN 1 Pelem yang telah mengajar 9 tahun di sekolah tersebut.

Sebelum zonasi, kata Novi anak yang mendaftar tak hanya datang dari desa lokasi sekolah tersebut berada. Sebagian ada yang datang dari lain desa yang jaraknya lumayan jauh.

"Lalu ketika sistem zonasi berlaku, jarak rumah anak yang mendaftar dibatasi. Sementara di lokasi sekolah kami yang pinggir jalan raya yang bersebelahan dengan persawahan, jumlah penduduknya jadi terbatas," terangnya.

Hal ini berbeda dengan sekolah dasar lainnya di desa tersebut yang letaknya ada di tengah perkampungan atau pemukiman penduduk.

"Seperti SDN 2 Pelem yang letaknya di dalam (perkampungan/pemukiman), jumlah murid yang didapat lebih banyak dari SD kami ini," ujarnya.

Dalam 4 tahun terakhir, jumlah murid yang mendaftar di sekolah tersebut tak lebih dari 10 jari. Tahun 2023 yang lalu, sekolah tersebut hanya meluluskan 3 anak.

"Karena jumlah murid kelas 6 tahun lalu hanya 3 anak. Jumlah ini adalah anak yang daftar pada tahun 2018 yang hanya dapat 2 anak, lalu ada tambahan pindahan dari sekolah lain," sebutnya.

Disebutkan secara rinci, jumlah murid kelas 5 ada 11 anak, kelas 4 ada 6 anak, kelas 3 ada 5 anak, dan kelas 2 ada 7 anak. Serta kelas 6 ada 11 anak.

"Bagi saya sebetulnya secara efektif satu kelas satu guru menangani 20-an anak. Untuk standarnya satu kelas maksimal 28 anak," tuturnya.

Meski mengalami kekurangan jumlah murid, Novi mengaku bangga dengan beberapa prestasi anak.

"Terutama di bidang olahraga, anak-anak didik kami ada yang berprestasi di olahraga karate," pungkasnya.