Sabtu, 18 November 2023 21:14 WIB
BLORA (wartablora.com)—Banyak inovasi dan kreativitas bermunculan di sekolah-sekolah sejak kurikulum 2013 berganti dengan kurikulum merdeka. Salah satu terobosan dalam kurikulum terbaru dunia pendidikan anak-anak di Indonesia ini adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sering disingkat dengan P5. Di SDN 1 Brumbung, Kecamatan Jepon, meski masih ditemui sedikit kendala dalam implementasi P5, murid-murid sekolah dasar ini telah diberikan tema gaya hidup berkelanjutan yang memanfaatkan limbah dan barang-barang tak terpakai.
Untuk kelas rendah, atau kelas 1 dan 2, anak-anak diarahkan untuk memanfaatkan tutup botol yang dibuat hiasan dinding, lalu memanfaatkan sampah bungkus minuman maupun permen yang dijadikan hiasan gambar, bahkan juga memanfaatkan kulit telur ayam yang dijadikan bahan gambar tempel. Selain itu, anak-anak juga ada yang memanfaatkan sampah sedotan plastik untuk dijadikan tempat bolpoin. Sedotan ini dipotong-potong dan dipakai untuk melapisi gelas plastik.
Kepala SDN 1 Brumbung Siswoto mengakui, upaya implementasi proyek P5 di sekolahnya kurang begitu maksimal. Persoalannya, menurut dia, adalah tenaga guru masih merangkap tugas sebagai operator sekolah. Otomatis guru tidak bisa fokus dalam mengerjakan proyek tersebut.
"Memang kendalanya adalah di tenaga guru. Di kelas 4, guru merangkap operator. Sehingga tidak fokus untuk mengimplementasikan proyek P5," ujarnya.
Meski belum maksimal, pihak sekolah berupaya untuk mengimplementasikan P5 dengan sebaik-baiknya. Apalagi sekolahnya sudah ditunjuk menjadi sekolah adiwiyata.
"Tetap kita upayakan dengan sebaik-baiknya. Apalagi sekolah kami sedang dimasukkan sebagai sekolah adiwiyata di Kabupaten Blora," katanya.
Untuk mempersiapkan sebagai sekolah adiwiyata, pihaknya mengajak anak-anak kelas 4 untuk membuat proyek lingkungan. Antara lain dengan penanaman dan pembuatan pupuk kompos. Sementara untuk kelas 5 telah mengerjakan proyek pemanfaatan sampah sandal jepit untuk dibuat keset.
Untuk membuat satu keset, beberapa limbah sandal jepit dikumpulkan anak-anak yang dibagi per kelompok. Limbah sandal jepit lalu dipotong-potong, kemudian disambung-sambung untuk membentuk keset. Kemudian keset ini dicat dengan warna-warni. Ada yang mengecat warna merah, ada pula yang warna kuning. Selain itu ada juga yang warna keemasan.
"Ke depannya akan kami upayakan lebih maksimal untuk lebih kreatif lagi," pungkas Siswoto.