SSN di SMP 1 Bogorejo

Bikin asesmen sebelum diajar ngaji

Foto: Gatot Aribowo

Puryanto, Kepala SMP negeri 1 Bogorejo.

Kamis, 21 November 2024 15:40 WIB

BLORA (wartablora.com)—Program SSN (sekolah sisan ngaji) di SD dan SMP di Kabupaten Blora yang serentak menjalankannya mulai tahun ajaran baru 2024/2025 telah disiapkan hingga kurikulumnya. Sayangnya, kurikulum untuk SMP yang dibuat tidak mengasumsikan jika semua tingkatan kelas, dari kelas 7 hingga kelas 9 adalah murid baru dalam SSN. Kurikulum dibikin berjenjang sesuai dengan kelasnya. Hal ini cukup merepotkan sekolah-sekolah saat menerapkannya, tak terkecuali di SMP negeri 1 Bogorejo. Di sekolah ini, akhirnya guru melakukan asesmen untuk setiap anaknya agar sesuai dengan jenjang pelajaran mengajinya.

Kepala SMP 1 Bogorejo, Puryanto mengatakan, dalam kurikulum SSN jenjang kemampuan mengaji disesuaikan dengan jenjang kelasnya. Padahal murid sekolah negeri datang dari beragam latar belakang. Ada yang latar belakangnya di rumah memiliki tradisi anak-anaknya diajarkan ngaji sejak kecil, tapi banyak pula yang tradisi rumahnya tidak memprioritaskan.

"Jadi ada anak yang kelas 9 tidak bisa baca tulis Al-Quran, ada juga anak yang kelas 7 sudah bisa, bahkan cukup mahir. Dari sini tidak bisa setiap anak kelas 9 jenjangnya sesuai kurikulum yang harusnya sudah bisa baca Al-quran," bebernya saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis, 21 November 2024.

Adalah tugas guru agama yang kemudian melakukan penilaian jenjang setiap anaknya dengan asesmen terlebih dulu sebelum dimasukkan dalam kelas berjenjang.

"Jadi kami serahkan kepada guru agama asesmennya. Mau angket atau bagaimana caranya, yang penting sesuai dengan jenjang kelasnya," imbuhnya.

Dikatakannya, pihak sekolah membagi kelas sesuai jenjangnya. Untuk jenjang yang paling bawah dikelompokkan dalam Kelas A. Lalu jenjang berikutnya dikelompokkan dalam Kelas B, dan jenjang terakhir dikelompokkan ke dalam Kelas C.

"Sesuai dengan kurikulumnya, jenjang terendah itu iqra, jenjang berikutnya juzama, dan jenjang terakhir Al-quran," katanya.

Sekolah tersebut menjadwalkan sehari saja untuk SSN, yakni setiap hari Rabu. Jam pelajaran disesuaikan kelasnya. Untuk jam pertama dan kedua, kelas 7 yang masuk kelas SSN. Jam berikutnya, ketiga dan keempat giliran kelas 8. Sementara kelas 9 giliran jam pelajaran terakhir.

"Karena sudah dilakukan asesmen terlebih dulu, pas jam pelajaran itu pengelompokan sudah sesuai dg jenjang kemampuan masing-masing anak," sebut Puryanto.

Saat awal-awal, kata Puryanto, tak sedikit anak-anak yang tidak sesuai dengan jenjangnya.

"Ada saja anak yang sepertinya bisa masuk kelas juzama, tapi ternyata kemampuannya masih iqra. Lainnya ada juga yang ingin masuk iqra, tapi dari rumah sebetulnya dia sudah bisa juzama. Seiring berjalannya SSN, pengelompokan anak sudah sesuai dengan kapasitas jenjang masing-masing," terangnya.

Ada 5 guru pengajar SSN yang dimiliki sekolah yang memiliki jumlah murid sejumlah 435 anak ini. Mereka diambil setelah guru agama SMP 1 Bogorejo sering mengikuti kegiatan mengaji di salah satu pondok pesantren terbesar di Desa Bogorejo.

"Jumlah guru yang diambil sesuai dengan jumlah rombel (rombongan belajar). Ada 5 rombel, kami cari 5 guru. Ada yang dari Desa Jurangjero, ada dari Waru Tengah, Tempurejo. Lalu dari Karangpandan, Desa Nglengkir, dan dari Bogorejo," pungkasnya.