Selasa, 05 November 2024 13:09 WIB
BLORA (wartablora.com)—Program Sekolah Sisan Ngaji (SSN) untuk anak-anak SD materinya dinilai terlalu berat. Tak hanya guru-guru SDN 2 Tempel Lemahbang, Kecamatan Jepon yang menilai seperti itu, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 3 Jepon memiliki penilaian yang sama. Imam Munaim, guru PAI di SDN 3 Jepon ini adalah pengajar SSN untuk kelas 3 hingga kelas 6. Ada 3 guru PAI, termasuk dirinya yang ada di SDN 3 Jepon.
"Tapi saya yang khusus mengajar SSN," kata Naim, panggilan Imam Munaim yang ditemui saat mengajar mengaji untuk Kelas 4 pada Selasa, 5 November 2024.
Jebolan Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora ini menunjukkan buku ajar yang dipakai pegangan guru untuk mengajar anak-anak mengaji.
"Kelas 4 materinya Makharijul Huruf. Ini semacam pelafalan. Ada pelafalan yang suaranya keluar dari tenggorokan, ada yang lidah, ada yang dua bibir, dan rongga hidung," katanya.
Materi ini dikatakan 2 muridnya, masing-masing Allena Syafiah Janu dan Dwi Zauza Kamelia cukup sulit. Siang itu dua anak yang duduk di bangku depan ini mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku berjudul Mahir Baca Tulis Al-Quran yang ditulis Achmad Handika dan Firdaus Syamsudin.
"Banyak anak-anak yang latar belakangnya belum bisa baca tulis sama sekali. Semestinya dikenalkan dasar-dasarnya dulu. Kalau materi-materi yang diajarkan mulai dari kelas 3 hingga kelas 6 sudah melompat jauh. Jadinya anak yang sama sekali belum mengenal huruf-huruf dalam Al-Quran akan kesulitan," katanya.
Disebutkannya, materi kelas 3 juga sudah melompat untuk mengenali perbedaan Lam Syamsiah dan Lam Qomariah.
"Kelas 4 pengenalan huruf makharijul, kelas 5 pengenalan tajwid, dan kelas 6 materinya sejarah Al-Quran," kata Naim yang mengajar SSN di SDN 3 Jepon untuk kelas 3 hingga kelas 6.
Di SDN 3 Jepon, jadwal mengaji setiap harinya untuk kelas-kelas berbeda.
"Senin itu untuk kelas 6A dan 3B, Selasa untuk kelas 4A dan 4B, Rabu untuk kelas 5A dan 5B, dan Kamis kelas 6B dan 3A," ujarnya.
Ditambahkannya, karena materi yang cukup berat tersebut, ia tak terlalu menuntut anak-anak untuk benar-benar bisa menguasai materi keseluruhan.
"Suka dukanya ya lantaran materinya cukup berat membuat anak-anak kadang bikin riuh sendiri saat mengerjakan soal-soalnya," imbuhnya.