Senin, 06 November 2023 18:16 WIB
BLORA (wartablora.com)—Bagi Yani, Kepala SDN 1 Kunden, adanya proyek P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam kurikulum merdeka tak sekedar mengembangkan kreatifitas anak yang bisa ditampilkan dalam gebyar. Baginya yang lebih penting dalam P5 di kurikulum merdeka adalah penanaman nilai-nilai kebaikan yang meliputi berbagai aspek, mulai dari aspek sosial, kebangsaan, dan keagamaan. Sebab menurutnya, jika hanya gebyar kreatifitas anak, sentuhan nilai-nilai yang akan ditanamkan sekolah kepada anak-anak didiknya tidak terlalu dalam.
"Bagi saya bisa mis-konsep jika tidak dipahami secara betul, P5 yang ada dalam kurikulum merdeka ini. Karena itu bagi kami bukan kreatifitas dari anak-anak saja yang ingin kita kembangkan, tapi budaya baik yang perlu kami tanamkan sejak sekolah dasar," katanya saat ditemui di ruangannya.
Anak didik, menurutnya, perlu dilatih kompetensi sosial emosionalnya. Dengan melatih sosial emosionalnya, perkembangan anak didik saat nantinya berinteraksi di dalam masyarakat bisa terlatih untuk tetap menjadi baik.
"Yang kita didik itu jiwa-jiwa mereka. Mulai dari jiwa nasionalis dan agamisnya. Mendidiknya dengan butir-butir yang ringan, seperti senyum, salam, dan sapa. Dengan demikian akan menciptakan iklim pengajaran yang nyaman. Dengan iklim yang nyaman, anak bisa belajar dengan cepat. Tapi jika lingkungannya membuat anak tertekan yang membuat mereka tidak fokus, proses belajar juga tidak maksimal," paparnya.
Baginya, menciptakan budaya yang positif akan bisa menguatkan profil pelajar untuk mendalami pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk nilai-nilai P5 itu sendiri, kita coba implementasikan dengan hal-hal sederhana. Misalkan di kami pada pagi hari, bapak ibu guru menjemput anak di depan pintu gerbang sekolah. Dengan ini anak terbiasa untuk saling sapa," terangnya.
Setelah anak masuk di kelas, diajarkan untuk membiasakan bacaan-bacaan yang relijius dan lagu-lagu yang membangkitkan jiwa-jiwa nasionalis.
"Selain itu di kami juga ada pembacaan doa yang dipimpin oleh anak melalui pengeras suara yang diperdengarkan di kelas-kelas. Di sini kami mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan, di mana anak yang mendapat giliran bertanggung jawab dengan tugasnya," imbuhnya.