Selasa, 28 November 2023 15:34 WIB
BLORA (wartablora.com)—Memiliki tempat sekolah yang nyaman dan aman, jauh dari adanya kekerasan, tak hanya kekerasan fisik tapi juga kekerasan verbal adalah keinginan dari setiap orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Berangkat dari dasar pemikiran ini, guru-guru di SDN 4 Karangjati, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora sepakat fokus pada anti perundungan (bullying) pada anak-anak dalam pengembangan proyek penguatan profil pelajar pancasila (p5) dalam implementasi kurikulum merdeka sejak tahun lalu.
Kepala SDN 4 Karangjati Wiji Listiyani mengatakan, dengan mengambil tema anti perundungan ini, peserta didik tak hanya yang sudah menjalankan kurikulum merdeka saja tapi juga kelas-kelas yang masih menggunakan kurikulum 2013. Hingga tahun kedua penggunaaan kurikulum merdeka, baru kelas 1, kelas 2, kelas 4, dan kelas 5 yang telah mendapatkannya. Sementara kelas 3 dan kelas 6 masih menggunakan kurikulum 2013.
"Implementasi p5 di sekolah kami sebenarnya tidak hanya per kelas, tapi ada beberapa kegiatan yang bisa kita gabung jadi satu. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah tahun kemarin kita sudah mengadakan sosialisasi anti perundungan, anti kekerasan, dan anti kekerasan seksual. Pesertanya melibatkan semua murid, kemudian orang tua wali murid, dan guru-guru," jelasnya.
Dengan mengadakan sosialisasi yang diikuti warga di lingkungan sekitar sekolahan, pihak SDN 4 Karangjati menginginkan agar citra sekolahnya adalah sekolah yang aman dan nyaman untuk anak-anak.
Tak hanya kegiatan sosialisasi, anti perundungan juga dijadikan materi p5 di dalam kelas. Materi ini lebih tertuju pada anti perundungan dengan kekerasan verbal.
"Karena perundungan ini tak hanya fisik tapi juga verbal. Kadang-kadang anak itu tidak sengaja dan gak paham saat mengujarkan kata-kata yang sebenarnya itu sudah masuk tindakan bullying. Di dalam kelas, terutama di kelas 1 dan 2, anak-anak dicontohkan oleh guru untuk menghindari kata-kata yang mengandung kekerasan verbal. Anak-anak juga diputarkan video-video ajar untuk menghindari tindakan bullying," ujarnya.
Kreasi yang lebih dikedepankan diberikan kepada murid kelas tinggi, yakni kelas 4 dan 5. Anak-anak di sini diminta untuk mengerjakan proyek pembuatan poster-poster yang bermuatan materi anti perundungan. Gambar poster ini bermacam-macam. Ada gambar seseorang yang digambar kecil yang diinjak sepatu besar dengan tulisannya: stop bullying. Ada juga poster bertulisan: bersatu untuk mengakhiri bullying.
"Untuk kelas 4 dan kelas 5 kita berikan proyek pengerjaan poster-poster anti kekerasan," sebutnya.
Tak hanya berhenti pada semester ini, pada semester-semester berikutnya sekolah dasar ini tetap akan menyuarakan anti perundungan.
"Tahun depan kami akan melakukan kegiatan kampanye sekolah aman, yang tidak hanya dihadiri orang tua dan warga sekitar, tapi juga dari dinas dan korwil," pungkasnya.