Minggu, 26 November 2023 13:36 WIB
BLORA (wartablora.com)—Banyak inovasi dan kreativitas bermunculan di sekolah-sekolah sejak kurikulum 2013 berganti dengan kurikulum merdeka. Salah satu terobosan dalam kurikulum terbaru dunia pendidikan anak-anak di Indonesia ini adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sering disingkat dengan P5. Di SMP Negeri 1 Jiken, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora kebun sekolah yang ditanami beberapa jenis tanaman tradisional dimanfaatkan untuk mengembangkan proyek-proyek kewirausahaan dalam temanya yang ada di P5 kurikulum merdeka. Memiliki kebun dan persawahan yang menjadi aset sekolah, potensi-potensi untuk mengembangkan produk jadi terbuka lebar. Potensi inilah yang menjadi fokus sekoalah tersebut dalam membuat proyek P5 untuk anak-anak didiknya.
"Kami akan lebih banyak fokus pada tema kewirausahaan. Kebetulan kami punya potensi bahan baku untuk membuat produk minuman olahan," kata Sugiyo, Kepala SMP 1 Jiken yang ditemui di sela-sela kegiatan rapat sekolahan yang hendak ia pimpin.
Potensi yang dimaksud adalah potensi lahan yang bisa dijadikan perkebunan maupun persawahan. Saat ini ada 3 jenis tanaman obat-obatan yang ditanam di kebun sekolah. Tanaman ini antara lain: jahe, kunyit, dan serai. Area ini terletak di belakang sekolah, berbatasan dengan areal persawahan milik warga.
"Jadi untuk proyek P5 buat kelas 7, kami fokuskan tema kewirausahaan dengan membuat produk minuman olahan yang terbuat dari jahe, kunyit, dan serai," jelasnya kemudian.
Produk minuman olahan ini diberi merek Janiser, kependekan dari jahe, kunyit, dan serai. Minuman ini diolah dengan panduan dari guru-guru pembimbing. Setelah jadi, minuman ini diberi label.
"Anak-anak sendiri yang membuat labelnya," ujarnya.
Mekanisme penentuan label tidak ditentukan oleh guru, melainkan murid-murid itu sendiri. Bermula dari pembuatan desain usulan dari masing-masing kelompok. Lalu dimajukan untuk disepakati bersama. Setelah hasil kesepakatan keluar, pihak sekolah menganggarkan untuk biaya cetak label merek produk.
"Jadi anak-anak tidak kita bebankan masalah keuangan. Bahkan bahan-bahan bisa diambil dari lahan milik sekolah. Ada beberapa bahan yang tidak ada, baru dicari oleh anak-anak," terang Sugiyo.
Ke depannya, Sugiyo bahkan menggagas untuk menjadikan produk olahan ini bisa dilempar ke pasaran.
"Sebelumnya saya juga pernah menggagas produk olahan untuk minuman teh. Bahan kami sediakan. Karena memang kami ingin mengajarkan ke anak-anak tentang entrepreneur, atau kewirausahaan," pungkasnya.